TRADISI BAU NYALE SUKU SASAK DI LOMBOK
Tradisi Bau Nyale Suku Sasak di Lombok
Salah satu
kebudayaan suku Sasak di Lombok adalah tradisi Bau Nyale. Ini merupakan salah
satu tradisi sekaligus identitas suku Sasak. Oleh sebab itu, tradisi ini masih
tetap dilakukan oleh suku Sasak sampai sekarang. Bau Nyale biasanya dilakukan
oleh masyarakat yang tinggal di daerah pesisir pantai di pulau Lombok selatan, khususnya
di pantai selatan Lombok Timur seperti pantai
Sungkin, pantai Kaliantan, dan Kecamatan Jerowaru.
Selain itu,
juga dilakukan di Lombok Tengah seperti di pantai Seger, Kuta, dan pantai
sekitarnya. Saat melakukan tradisi ini biasanya juga dilengkapi dengan berbagai
hiburan pendamping.
Tradisi ini adalah kegiatan menangkap cacing
laut dengan serok. Budaya ini hanya digelar dua kali dalam setahun dalam
setahun. Dimana pada penangkapan pertama di sebut dengan nyale tunggak dan penangkapan kedua di namakan nyake poto . Nyale tunggak merupakan nyale-nyale yang keluarnya pada bulan
kesepuluh sedangkan nyale poto
keluarnya pada bulan kesebelas. Kebanyakan nyale-nyale keluar saat nyale
tunggak. Oleh sebab itu, banyak masyarakat yang menangkap nyale saat bulan
ke-10. Masyarakat menangkap nyale biasanya saat menjelang subuh. Pada saat
tersebut, nyale berenang ke permukaan laut. Saat itulah masyarakat menangkap
nyale-nyale tersebut.
Tradisi
ini dilakukan beberapa hari sesuai bulan purnama yaitu pada hari ke-19 dan 20
bulan 10 dan 11 dalam penanggalan suku Sasak. Biasanya tanggal tersebut jatuh
pada bulan Februari dan Maret.
Bahkan kini,
tradisi ini dikemas dalam bentuk event besar dan dirangkaikan dengan berbagai
kegiatan ikonik lainnya. Di tahun 2019 ini saja, Tradisi ini masuk dalam Top 10
Event Nasional Kementrian Pariwisata Republik Indonesia dengan sebutan Festival
Pesona Bau Nyale 2019.
Nyale adalah
sebutan bagi jenis cacing laut oleh orang Lombok yang dipercaya sebagai jelmaan
Putri Mandalika. Seorang putri cantik kerajaan yang memilih menceburkan dirinya
ke laut lepas.
Bau
Nyale berawal dari legenda lokal yang melatarbelakangi yakni tentang kisah
Putri Mandalika. Menurut kepercayaan masyarakat Lombok, nyale konon merupakan
jelmaan Putri Mandalika. Putri Mandalika dikisahkan sebagai putri yang cantik
dan baik budi pekerinya. Karena kecantikan dan kebaikannya, banyak raja dan
pangeran yang jatuh cinta kepadanya dan ingin menjadikannya sebagai permaisuri.
Putri tersebut bingung dan tidak bisa menentukan pilihannya. Ia sangat bingung.
Jika ia memilih salah satu dari mereka, ia takut akan terjadi peperangan. Putri
yang baik ini tidak menginginkan peperangan karena ia tidak mau rakyat menjadi
korban.
Dengan menangkap
Nyale, warga mengartikan telah bertemu dengan putri Mandalika yang menjelma
sebagai cacing. Tak heran jika dalam pelaksanaannya, ribuan warga dari berbagai
usai mengerumuni laut hanya untuk menangkap cacing tersebut.
Legenda Putri
Mandalika ini dikenal hampir di seluruh penjuru Pulau Lombok bahkan hingga ke
penjuru Pulau Sumbawa. Meski begitu, belum ada bukti kuat sejarah yang
menyatakan Mandalika yang sangat melegenda ini.
Nyale
warna-warni ini dikenal mengandung protein yang tinggi sehingga sangat nikmat
dan layak untuk dikosumsi. Tak heran jika setelah menangkapnya, warga langsung
memasak dengan cara pepes menggunakan daun pisang dan berbagai macam cara
tergantung selera masing-masing. Ini jadi salah satu wisata kuliner yang harus
kamu cicipi jika berkunjung ke Lombok saat tradisi ini di adakan.
Komentar
Posting Komentar